Ustadzah Niar

PPDB Al Bina Islamic School 25-26

Ustadzah Niar

Assalamualaikum, Ayah Bunda saya dengan ustadzah Niar dari sekolah Al Bina Islamic School Pangkalpinang. Ada yang bisa kami bantu?

2:53

messenger_opener

Jalan yang Tidak Direncanakan

Pak Frans tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang guru. Latar belakang pendidikannya adalah study perikanan, dan ia pernah bermimpi merancang menjadi seorang yang memiliki perusahaan perikanan yang terkemuka di desanya. Namun, takdir membawanya ke jalan yang berbeda. Ketika pulang ke kampung halamannya setelah lulus, ia mendengar kabar bahwa sekolah dasar setempat kekurangan guru. Kepala sekolah, yang juga tetangganya atau lebih dikenal dengan sebutan ikhwah, meminta bantuan Pak Frans untuk mengajar sementara waktu.
“Tapi saya bukan lulusan pendidikan, Pak,” jawab Pak Frans dengan ragu. “Kami butuh orang yang mau membantu anak-anak. Yang penting niat dan hati serta ada kemauan untuk belajar,” jawab kepala sekolah dengan senyum penuh harap.
Hari pertama Pak Frans di kelas terasa seperti medan perang. Anak-anak kelas lima SD itu berisik dan sulit diatur bahkan terkadang tidak ada adab yang baik terhadap gurunya. Ia bingung harus mulai dari mana. Kurikulum tampak rumit, dan ia sering kehabisan cara untuk menjelaskan materi. Di sela-sela keheningan yang jarang terjadi, ia bertanya-tanya dalam hati, Apa aku melakukan hal yang benar? , Apa aku mundur saja ? Sepertinya ini bukan dunia ku ?
Namun, ada sesuatu yang menyentuh hati Pak Frans. Senyuman anak-anak yang akhirnya paham materi sederhana, kegembiraan mereka saat diajak bermain sambil belajar, dan rasa hormat kecil yang mereka tunjukkan setiap pagi membuat Pak Frans terus bertahan.
Seiring berjalannya waktu, Pak Frans merasa ketidaktahuannya menjadi penghalang. Ia ingin lebih dari sekadar “guru darurat atau guru nyasar.” Ia ingin menjadi guru yang benar-benar mampu membawa perubahan. Ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke universitas, mengambil jurusan pendidikan. Keputusan itu tidak mudah. Banyak sekali hambatan dan rintangan yang di hadapi Pak Frans. Di sekolah, ia menghadapi jadwal mengajar yang padat. Dari jam pertama hingga sore hari, ia harus mempersiapkan materi, membimbing siswa yang kesulitan, hingga mengelola proyek kelompok. Meskipun capek, Pak Frans selalu memastikan setiap siswanya mendapatkan perhatian.
Hari-hari Pak Frans terasa seperti perlombaan melawan waktu. Setelah mengajar seharian, ia langsung bergegas ke kampus. Di sana, ia harus fokus memahami teori-teori baru dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pernah suatu kali, dosennya memberikan tugas kelompok yang harus diselesaikan di luar jam kuliah.
Pak Frans harus membagi waktunya antara mengajar di pagi hari, kuliah di malam hari, berbagi waktu dengan keluarganya dan mengerjakan tugas-tugas di sela waktu luangnya. Meski lelah, ia merasa bahagia.
Terkadang sempat terbelesit dihatinya untuk mendur saja dari kegiatan kuliahnnya, yang mana banyak sekali tugas yang di berikan oleh dosennya, belum lagi tugas dari sekolah yang kian hari makin menumpuk di tambah lagi tugas sebagai seorang ayah di rumah (Asstafirullah ,,, terbesik di dalam hatinya). Beruntung Pak Frans memilik teman-teman yang selalu memotivasinya dan istri yang tercinta yang selalu memberikan support.
Di kampus, ia mempelajari berbagai teori pendidikan, metode mengajar, hingga psikologi anak. Ia mulai mempraktikkan apa yang ia pelajari di kelas, seperti cara membangun suasana belajar yang menyenangkan dan mengelola konflik dengan bijak.
Anak-anak di sekolah perlahan berubah. Mereka lebih antusias saat Pak Frans mengajar. Para guru lain mulai menghormati Pak Frans, melihat dedikasinya yang tinggi. Frans bahkan mulai dikenal di komunitas pendidikan lokal karena inovasi-inovasi kecil yang ia terapkan di kelas.
Tahun-tahun berlalu. Pak Frans lulus dengan predikat cum laude dari jurusan pendidikan dan resmi diangkat sebagai guru tetap. Ia tidak lagi hanya seorang guru biasa; ia menjadi panutan. Program-programnya, seperti “Belajar dengan Alam” dan “Literasi untuk Masa Depan,” membuat sekolah tempatnya mengajar menjadi salah satu sekolah terbaik di daerah.
Dedikasi Pak Frans akhirnya membuatnya dipercaya untuk memimpin sekolah itu sebagai kepala sekolah. Ia tidak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, tapi ia merasa siap. Dengan latar belakangnya sebagai seseorang yang memahami kesulitan menjadi guru pemula, ia membawa kebijakan yang mendukung guru-guru muda dan meningkatkan fasilitas belajar.
Di bawah kepemimpinannya, sekolah itu bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga rumah kedua bagi siswa dan guru. Pak Frans berdiri di depan ruang kerjanya, memandang anak-anak bermain di halaman. Ia tersenyum, merasa bersyukur atas jalan hidup yang tak terduga ini.
“Kadang, jalan yang tidak direncanakan membawa kita ke tempat yang paling indah,” bisiknya pada dirinya sendiri.
Di tengah segala kesibukan, Pak Frans belajar, mengajar dan berperan sebagai seorang ayah bahwa keberhasilan bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi tentang bagaimana seseorang bertahan dan berjuang. Dengan senyum bahagia, ia berkata pada dirinya sendiri, Tiga peran ini memang berat, tapi aku bisa menjalaninya karena cinta. Meskipun berat, belajar sepanjang hayat adalah investasi yang akan memberikan manfaat jangka panjang, baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta pengorbanan waktu, tenaga, dan kenyamanan sering kali diperlukan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, baik untuk keluarga, profesi, maupun diri sendiri. TAMAT!

Footer logo

Lokasi : JlKampung Melayu, Tuatunu Indah, Gerunggang, Kota Pangkalpinang, Kep. Bangka Belitung 33123