PPDB Al Bina Islamic School 25-26
Assalamualaikum, Ayah Bunda saya dengan ustadzah Niar dari sekolah Al Bina Islamic School Pangkalpinang. Ada yang bisa kami bantu?
2:53
Hari itu, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Jam menunjukkan pukul 04:00 pagi, namun mataku sudah terjaga, seolah ada sebuah dorongan yang tak bisa kutolak. Aku mengusap wajah, mencoba menghilangkan kantuk yang masih tersisa, dan menyusuri ruang tamu menuju dapur. Sarapan sederhana, secangkir teh hangat, dan sepotong roti bakar adalah menu favoritku di pagi hari. Sebagai seorang guru, Hari Guru selalu memiliki makna yang dalam bagiku, meskipun tidak selalu dirayakan dengan cara yang luar biasa. Tahun demi tahun berlalu, dan meskipun ada rasa bahagia melihat murid-muridku tumbuh dan berkembang, aku selalu merasa ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar perayaan hari ini. Namun, tahun ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada mereka, sesuatu yang akan mengubah cara pandang mereka terhadap profesi yang kupilih. Aku mengenakan pakaian kebesaran guru, seragam yang selalu kupakai saat ada acara penting. Aku melangkah menuju sekolah, merasakan udara pagi yang masih segar dan penuh harapan. Saat aku memasuki halaman sekolah, aku melihat para guru lainnya sudah mulai berkumpul, saling menyapa dan bercanda. Di antara mereka, aku mencari sosok yang selalu memberiku inspirasi, seorang guru yang sudah seperti mentor bagiku: Ustadz Shuhaib. Ustadz Shuhaib adalah sosok yang sangat dihormati di sekolah kami. Dia mengajar Al Qur’an dengan penuh semangat, selalu punya cara unik untuk membuat pelajaran terasa menyenangkan. Meskipun usianya masih muda, Beliau juga menjadi panutan bagi kami para guru dalam menghadapi tantangan profesi ini. Upacara dimulai dengan lancar. Kepala sekolah memberikan sambutan hangat, diikuti dengan pidato Ustadz Shuhaib yang selalu penuh makna. Dia berbicara tentang betapa pentingnya seorang guru dalam kehidupan murid-muridnya, bagaimana seorang guru bisa menjadi penuntun, penyemangat, dan terkadang menjadi tempat berlindung di saat mereka membutuhkan. Aku mendengarkan dengan seksama, merasa terhormat bisa berada di dalam ruangan yang penuh dengan guru-guru hebat ini. Namun, setelah upacara selesai, aku merasa ada sesuatu yang belum tuntas. Aku tahu, hari ini bukan hanya tentang aku sebagai seorang guru, tetapi juga tentang bagaimana aku bisa memberikan makna lebih dalam kepada murid-muridku. Aku ingin mereka tahu betapa pentingnya peran seorang guru, dan lebih dari itu, betapa pentingnya mereka menghargai proses belajar yang selama ini sering kali dianggap remeh. Setelah upacara, aku berjalan menuju kelas 6, kelas yang selama ini kupandang dengan rasa cinta dan juga tantangan. Mereka adalah murid-murid yang sering kali membuatku tertawa, namun juga sering membuatku merasa tertekan. Ada banyak karakter yang harus kutangani, banyak masalah yang harus dihadapi. Tetapi di sisi lain, mereka adalah generasi Qur’ani berbudi dan berprestasi yang penuh potensi, penuh dengan mimpi dan harapan. Aku memasuki kelas dengan senyum lebar, dan mereka langsung menyambut dengan sorakan ceria. "Selamat Hari Guru, Bu!" seru mereka serentak. Aku tertawa, mengangguk, dan memulai pelajaran dengan semangat Namun, aku segera meminta mereka untuk mendengarkan sejenak. "Anak-anak, Hari Guru bukan hanya tentang saya sebagai guru, tapi tentang kita semua, tentang perjalanan kita dalam belajar bersama," kataku dengan suara yang lebih serius dari biasanya. Mereka semua diam, menatapku dengan penuh perhatian. Aku melanjutkan, "Sebagai guru, saya belajar banyak hal dari kalian. Kalian mengajarkan saya cara untuk lebih sabar, lebih mengerti, dan yang terpenting, kalian mengingatkan saya tentang kenapa saya memilih profesi ini. Hari ini, saya ingin berbicara tentang pentingnya menghargai proses, bukan hanya hasil." Aku melihat beberapa wajah murid mulai terkejut, mereka mungkin tidak menduga akan ada pembicaraan seperti ini di Hari Guru. Lalu aku melanjutkan, "Saya tahu, banyak dari kalian yang merasa pelajaran ini membosankan, atau bahkan merasa tidak ada gunanya. Tapi apa yang kalian pelajari hari ini, akan menjadi pondasi bagi masa depan kalian. Tidak ada yang instan. Semuanya membutuhkan waktu, usaha, dan ketekunan." Aku berhenti sejenak, memberi waktu bagi mereka untuk mencerna kata-kataku. Di luar jendela, suara riuh anak-anak yang bermain terdengar, tetapi di dalam kelas, ada keheningan yang cukup dalam. Aku tahu, beberapa dari mereka mulai memikirkan kata-kataku. Tahun-tahun yang kalian habiskan di sekolah ini akan menjadi kenangan, dan apa yang kalian pelajari di sini akan menjadi bekal untuk menghadapi dunia di luar sana. Kadang-kadang, kita merasa kesulitan, merasa gagal, atau bahkan merasa tak ada yang peduli. Tapi percayalah, setiap usaha yang kalian lakukan akan berbuah, meskipun mungkin tidak sekarang. Sama seperti saya, yang setiap hari mencoba menjadi guru yang lebih baik, meskipun sering kali merasa tidak cukup." Aku menatap wajah-wajah mereka satu per satu. Ada yang tersenyum, ada yang mengangguk pelan. Aku merasa merekan mulai memahami maksudku. Aku merasa, hari ini, aku bisa menyentuh hati mereka lebih dalam dari biasanya. Terakhir, saya ingin kalian tahu bahwa setiap dari kalian memiliki potensi yang luar biasa. Dan tugas saya sebagai guru adalah membantu kalian untuk menemukan potensi itu. Jadi, saya harap kalian terus berusaha, terus belajar, dan jangan pernah menyerah. Karena kalian tidak pernah tahu betapa hebatnya diri kalian hingga kalian benar-benar berusaha untuk mencapainya. Suasana di kelas terasa berbeda. Ada kehangatan, ada pemahaman yang tercipta. Hari itu, Hari Guru, bukan hanya tentang saya yang memberi pelajaran, tetapi juga tentang saya yang belajar dari mereka. Aku tahu, meskipun aku hanya seorang guru yang kadang merasa lelah dan bingung, ada dampak besar dari setiap usaha kecil yang kutanamkan pada mereka. Hari Guru kali ini menjadi hari yang sangat berkesan bagiku, bukan hanya karena ucapan terima kasih dari murid-muridku, tetapi karena aku merasakan makna sejati dari profesi ini. Menjadi seorang guru bukanlah tentang mengajar dari buku teks, tetapi tentang bagaimana kita bisa menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka, menginspirasi mereka untuk terus maju, dan memberi mereka harapan untuk masa depan