PPDB Al Bina Islamic School 25-26
Assalamualaikum, Ayah Bunda saya dengan ustadzah Niar dari sekolah Al Bina Islamic School Pangkalpinang. Ada yang bisa kami bantu?
2:53
Atika adalah gadis kelas enam SD yang selalu merasa berbeda. Wajahnya yang unik, dengan tanda lahir berwarna hitam mengelilingi mata, hidung, dan mulut, membuatnya dijuluki "si muka panda" oleh teman-temannya. Selain itu, Atika juga memiliki kebiasaan buruk yang membuatnya semakin dikucilkan: kleptomania. Ia sering mencuri benda-benda kecil seperti pensil, penghapus, atau uang receh. Bahkan pernah Atika kedapatan mencuri tutup keran air di toilet sekolah.
Setiap hari, Atika harus menghadapi ejekan dan cemoohan teman-temannya. "Lihat tuh, si muka panda lagi! Pasti lagi nyari apa yang mau dicuri," teriak Rehan, anak laki-laki yang paling sering mengejeknya. “Hmmm, sudah muka buruk, akhlak buruk pula,” sambung Salsa sanbil geleng-geleng kepala. Atika hanya bisa menunduk malu. Ia merasa dirinya tidak berguna dan tidak pantas berteman dengan siapa pun. Apalagi Atika tidak mempunyai kawan seorang pun. Ia terlihat sering menyendiri di pojok kelas dan kawan-kawan sekelas cenderung menjauhinya.
Di antara semua guru di sekolahnya, hanya Pak Suwito yang memperlakukan Atika dengan baik. Pak Suwito adalah guru Bahasa Indonesia yang dikenal sabar dan bijaksana. Atika sangat mengidolakan Pak Suwito. Ia merasa bahwa Pak Suwito adalah satu-satunya orang yang bisa mengerti dirinya. Pak Suwito selalu memberi motivasi untuk terus melakukan kebaikan walaupun tak dipedulikan oleh orang-orang ataupun kawan-kawan.
Suatu hari, setelah pulang sekolah, Atika memberanikan diri mencari Pak Suwito di ruang guru. Dengan suara bergetar, Atika menceritakan semua masalah yang sedang ia hadapi. "Pak, saya... saya itu buruk sekali. Wajah saya jelek, dan saya suka mencuri," ujarnya sambil menunduk.”Semua orang sering mengejek saya”, “Tidak ada yang mau berteman dengan saya ya Pak.” Tampak setetes air mata mengalir dari sudut mata pada wajah pandanya.
Pak Suwito tersenyum lembut. "Atika, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi kekurangan itu," jawab Pak Suwito. "Wajahmu memang unik, tapi itu tidak membuatmu menjadi buruk. Yang lebih penting adalah perilaku kita. Mencuri adalah perbuatan yang salah. Kita harus berusaha untuk menghentikannya." “Sekuat kemauan kita untuk berupaya, sebesar itulah pahala yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala.” Lanjut Pak Suwito.
Mendengar kata-kata Pak Suwito, Atika merasa sedikit lega. Ia menyadari bahwa ia harus mengubah dirinya. Mulai saat itu, Atika berusaha keras untuk menghilangkan kebiasaan mencurinya. Setiap kali ingin mengambil sesuatu tanpa izin, ia ingat pesan Pak Suwito. Ia juga berusaha untuk lebih percaya diri dan tidak lagi merasa minder dengan penampilannya. Atika bertekad untuk bersikap lebih baik dengan tidak memperdulikan seburuk apapun penampilan wajahnya. “Wajahku seperti ini adalah ketentuan dari Allah Yang Maha Menentukan, harus aku syukuri. Tapi kelakuanku yang suka mencuri adalah perbuatan buruk yang aku harus hentikan,” tekad Atika dalam hati.
Selain itu, Pak Suwito juga memberikan tugas tambahan kepada Atika, yaitu menulis diary. Setiap hari, Atika harus menuliskan semua pikiran dan perasaannya di dalam diary. Dengan menulis diary, Atika bisa lebih memahami dirinya sendiri dan menemukan cara untuk mengatasi masalahnya. Atika sangat senang dengan tugas tambahan tersebut. Ia rajin menulis diary bukan hanya setiap hari tapi setiap pulang sekolah dan setiap akan tidur ia mengisi diary dengan tulisannya.
Lambat laun, perubahan mulai terlihat pada diri Atika. Ia menjadi lebih terbuka dan ramah kepada teman-temannya. Ia juga tidak lagi mencuri. Kepada teman-teman yang suka mengejeknya, Atika tidak mau ambil pusing. Ia semakin rajin menulis diarynya di setiap waktu senggangnya. Menulis dan terus menulis, itulah yang Atika kerjakan setiap hari bahkan setiap saat. Teman-temannya pun mulai menyadari perubahan pada diri Atika. Mereka mulai lebih menghargai Atika dan tidak lagi mengejeknya.
Suatu hari, saat sekolah sedang mengikuti lomba menulis cerita pendek yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota, Pak Suwito mendaftarkan Atika untuk lomba menulis cerpen. Atika berhasil meraih juara pertama. Ia menulis dengan tema “Guruku Idolaku.” Semua teman-temannya merasa bangga pada Atika. Pak Suwito pun sangat senang melihat perkembangan Atika. Pak Suwito sangat takjub dengan perkembangan Atika. “Anak sekecil itu sudah mampu mengelola dirinya dengan positif, luar biasa” batin Pak Suwito.
"Bunda bangga sekali pada Atika," ucap Bu Ani, ibu Atika, sambil memeluk Atika erat. "Ayah dan bunda tahu, Atika adalah anak yang baik." “Ayah dan bunda sayang sama Atika,” Lanjut Bu Ani terharu.
Atika tersenyum bahagia. Ia menyadari bahwa dengan usaha yang keras, ia bisa membuktikan bahwa dirinya mampu. Atika tersenyum memikirkan rahasia suksesnya adalah ketika selesai sholat, Atika selalu memohon pertolongan Allah yang Maha Sempurna oleh doa-doa yang diucapkan dengan suara lembut. Ia juga berterima kasih kepada Pak Suwito yang telah membantunya menjadi pribadi yang lebih baik. Atika kini bertekad untuk terus berbuat baik kepada semua orang.
Tamat